Rabu, 05 Juli 2017

STOP

Aku berhenti...
Aku berhenti dari apa yang telah ku jalani selama ini...
Aku berhenti setelah menyadari akan jauh lebih baik aku berhenti..
Aku berhenti mencintai siapapun, kecuali orang tua dan penciptaku..
Mencintai makhluk sebuah ujian, yang jika diteruskan hanyalah sakit..
Aku berhenti karena, rasa dan perasaan yang aku miliki hanya akan menyakiti diriku sendiri dan membuatku sakit..

Karena jauh lebih baik aku sendiri dan tidak mencintai siapapun, karena aku tidak akan merindukan siapapun..
Rasa sakit dan ucapan siapapun aku ingat sampai nanti mati.

Kamis, 15 Juni 2017

Tugas Ke - 2 Penerapan dan Penggunaan Standar Teknik dan Manajemen





Gambaran Penerapan Sisten Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Berdasarkan OHSAS 18001: 2007 di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2015



Berdasarkan data dari jamsostek, menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia memang tergolong masih sangat tinggi. Pada tahun 2013 telah terjadi kecelakaan kerja dengan jumlah 103.285 kasus. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kecelakaan kerja yang terjadi mengalami rata rata peningkatan sebesar 1,76% setiap tahunnya. Jumlah kecelakaan kerja di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kabupaten Kendal pada tahun 2011 sebanyak 22 kasus, tahun 2012 sebanyak 16 kasus, tahun 2013 sebanyak 19 kasus dan pada tahun 2014 adalah sebanyak 11 kasus.
            Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan SMK3 berdasarkan OHSAS 180001: 2007 di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode triangulasi teknik.
            Hasil dari penelitian ini adalah, PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kabupaten Kendal telah melaksanakan 144 poin persyaratan dari keseluruhan 150 poin penerapan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001: 2007. Untuk jumlah poin yang belum sesuai sebanyak 4 poin persyaratan dan poin persyaratan yang tidak terpenuhi sebanyak 2 poin.

Sumber:  


Ogi Mahindra Cipta Nugraha – NIM : 6411411007
Universitas Negeri Semarang – 2015 
Gambaran Penerapan Sisten Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Berdasarkan OHSAS 18001: 2007 di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2015
 http://lib.unnes.ac.id/23020/1/6411411007.pdf

Rabu, 05 April 2017

Mimpi Dan Harapan Setelah Meraih Sarjana Teknik Industri



MIMPI DAN HARAPAN


            Mimpi dan harapan setelah meraih gelar Sarjana Teknik Industri terdapat beberapa mimpi dan harapan. Mimpi merupakan impian untuk mencapai segala cita – cita yang menjadi bagian dalam memenuhi tujuan hidup dan harapan merupakan keinginan yang ingin tercapai dari segala angan – angan dan juga cita – cita yang telah diimpikan. Berikut merupakan mimpi dan harapan saya setelah meraih gelar sebagai seorang Sarjana Teknik Industri:

  •   Mimpi

1.      Saya memiliki impian sebagai seorang direktur utama dari BUMN ternama di Indonesia
2.      Saya memiliki impian menjadi mentri perhubungan darat, laut dan udara.
3.      Saya memiliki impian memiliki rumah sendiri didaerah perkomplekan dengan mobil HR-V Honda dan membelikan untuk orang tua.
4.      Saya memiliki impian memberangkatkan haji juga umroh untuk orang tua saya.
5.      Saya memiliki impian ketika saya menikah saya ingin menggunakan upacara pedang pora.
Tentunya dalam memenuhi segala impian saya harus melakukan usaha terbaik selama kuliah menjadi mahasiswa yang berkualitas dengan memiliki sertifikat juga memiliki keterampilan dan berbahasa inggris dengan mengikuti toefl. Ipk yang dihasilkan dipastikan memenuhi syarat dalam kelulusan dan memenuhi syarat dalam memenuhi impian saya.

  •   Harapan

1.      Saya memiliki harapan dapat tercapai segala impian juga cita – cita yang yang ingin saya penuhi dalam kehidupan saya.
2.      Saya memiliki harapan dapat memenuhi segala impian dan cita – cita sebelum Tuhan memanggil.
3.      Dan saya memiliki harapan menjadi orang sukses dalam arti sukses sesuai dengan tujuan hidup dan impian saya dalam hidup dan menjadi anak sholehah yang memiliki gelar untuk membanggakan orang tua saya.
Dimana harapan tersebut dapat terpenuhi dengan usaha yang dilakukan yaitu dengan memenuhi segala persyaratan dalam mencapai impian juga tujuan hidup ini.

Rabu, 09 November 2016

BOB SADINO



BOB SADINO


Beliau bernama lengkap Bob Sadino. Lahir di Lampung, tanggal 9 Maret 1933, wafat pada tanggal 19 Januari 2015. Beliau akrab dipanggil dengan sebutan 'om Bob'. Ia adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.
Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

Seorang Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan.
Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik.
Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.

Meninggal Dunia
Setelah sempat dirawat selama dua bulan, pengusaha nyentrik Bob Sadino akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada hari Senin, tanggal 19 januari 2015 setelah berjuang dengan penyakitnya yaitu infeksi saluran pernafasan kronis.
Bob Sadino dikatakan sudah tak sadar dalam 2-3 minggu. Penyakitnya terkait dengan usianya yang sudah lanjut serta kondisinya yang makin menurun setelah istrinya meninggal dunia pada Juli 2014.


Sumber:
http://www.biografiku.com/2009/12/biografi-bob-sadino-pengusaha-sukses.html